BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Latar Belakang Kami menulis Makalah
ini, sebagai tugas dari dosen agar mahasiswa dan mahasiswi dapat memperdalam
pengetahuan tentang bagaimana cara Koordinasi dan Rentang Manajemen dalam suatu
kehidupan di masyarakat.
1.2 Tujuan Penulisan Makalah
1. Mendefinisikan Koordinasi dan Rentang Manajemen
2. Menjelaskan teori-teori yang berhubungan dengan Koordinasi dan Rentang
Manajemen
3. Menjelaskan Koordinasi dan Rentang Manajemen melalui Bagan
4. Simpulan
dari Makalah
1.3 Metode Pengumpulan Data
Makalah ini dapat tersusun dengan
cara mengumpulkan data-data atau Informasi-informasi baru (update) pada internet
dan Buku Manajemen.
BAB II
PEMBAHASAN
Koordinasi Manajemen
1.
Pengertian Koordinasi
Menurut G.R. Terry koordinasi adalah suatu usaha
yang sinkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu
yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang
seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan.
Sedangkan menurut E.F.L. Brech, koordinasi
adalah mengimbangi dan menggerakkan tim dengan memberikan lokasi kegiatan
pekerjaan yang cocok dengan masing-masing dan menjaga agar kegiatan itu
dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di antara para anggota itu
sendiri (Hasibuan, 2007:85).
Menurut Mc. Farland (Handayaningrat, 1985:89) koordinasi
adalah suatu proses di mana pimpinan mengembangkan pola usaha kelompok secara
teratur di antara bawahannya dan menjamin kesatuan tindakan di dalam mencapai
tujuan bersama.
Sementara itu, Handoko (2003:195) mendefinisikan
koordinasi (coordination) sebagai proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan
kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen atau
bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi
secara efisien.
Menurut Handoko
(2003:196) kebutuhan akan koordinasi
tergantung pada sifat dan kebutuhan komunikasi dalam pelaksanaan tugas dan
derajat saling ketergantungan bermacam-macam satuan pelaksananya. Handoko
(2003:196) juga menyebutkan bahwa derajat koordinasi yang tinggi sangat
bermanfaat untuk pekerjaan yang tidak rutin dan tidak dapat diperkirakan,
faktor-faktor lingkungan selalu berubah-ubah serta saling ketergantungan adalah
tinggi. Koordinasi juga sangat dibutuhkan bagi organisasi-organisasi yang
menetapkan tujuan yang tinggi.
Hal ini juga ditegaskan oleh Handayaningrat
(1985:88) bahwa koordinasi dan komunikasi adalah sesuatu hal yang
tidak dapat dipisahkan. Selain itu, Handayaningrat juga mengatakan bahwa
koordinasi dan kepemimpinan (leadership) adalah tidak bisa dipisahkan satu sama
lain, karena satu sama lain saling mempengaruhi.
Terdapat 3 (tiga) macam saling
ketergantungan di antara satuan-satuan organisasi seperti diungkapkan oleh
James D. Thompson (Handoko, 2003:196), yaitu:
1. Saling
ketergantungan yang menyatu (pooled interdependence), bila satuan-satuan
organisasi tidak saling tergantung satu dengan yang lain dalam melaksanakan
kegiatan harian tetapi tergantung pada pelaksanaan kerja setiap satuan yang
memuaskan untuk suatu hasil akhir.
2. Saling
ketergantungan yang berurutan (sequential interdependece), di mana suatu satuan
organisasi harus melakukan pekerjaannya terlebih dulu sebelum satuan yang lain
dapat bekerja.
3. Saling
ketergantungan timbal balik (reciprocal interdependence), merupakan hubungan
memberi dan menerima antar satuan organisasi. Ketiga hubungan saling ketergantungan ini dapat digambarkan seperti
terlihat pada diagram berikut ini.
2. Masalah-Masalah
dalam Koordinasi
Peningkatan spesialisasi akan
menaikkan kebutuhan akan koordinasi. Tetapi semakin besar derajat spesialisasi,
semakin sulit bagi manajer untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan khusus
dari satuan-satuan yang berbeda.
Paul R. Lawrence dan Jay W. Lorch
(Handoko, 2003:197) mengungkapkan 4 (empat)
tipe perbedaan dalam sikap dan cara kerja yang mempersulit tugas
pengkoordinasian, yaitu:
a. Perbedaan
dalam orientasi terhadap tujuan tertentu.
Para anggota dari departemen yang
berbeda mengembangkan pandangan mereka sendiri tentang bagaimana cara mencapai
kepentingan organisasi yang baik. Misalnya bagian penjualan menganggap bahwa
diversifikasi produk harus lebih diutamakan daripada kualtias produk. Bagian
akuntansi melihat pengendalian biaya sebagai faktor paling penting sukses
organisasi.
b. Perbedaan
dalam orientasi waktu.
Manajer produksi akan lebih
memperhatikan masalah-masalah yang harus dipecahkan segera atau dalam periode
waktu pendek. Biasanya bagian penelitian dan pengembangan lebih terlibat dengan
masalah-masalah jangka panjang.
c. Perbedaan
dalam orientasi antar-pribadi.
Kegiatan produksi memerlukan
komunikasi dan pembuatan keputusan yang cepat agar prosesnya lancar, sedang
bagian penelitian dan pengembangan mungkin dapat lebih santai dan setiap orang
dapat mengemukakan pendapat serta berdiskusi satu dengan yang lain.
d. Perbedaan
dalam formalitas struktur.
Setiap tipe satuan dalam
organisasi mungkin mempunyai metode-metode dan standar yang berbeda untuk
mengevaluasi program terhadap tujuan dan untuk balas jasa bagi karyawan.
3.
Tipe-Tipe Koordinasi
Menurut Hasibuan (2007:86-87) terdapat 2 (dua) tipe koordinasi, yaitu:
1. Koordinasi
vertikal adalah kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh
atasan terhadap kegiatan unit-unti, kesatuan-kesatuan kerja yang ada di bawah
wewenang dan tanggungjawabnya.
2. Koordinasi
horisontal adalah mengkoordinasikan tindakan-tindakan
atau kegiatan-kegiatan penyatuan,
pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang
dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan dalam tingkat organisasi (aparat) yang
setingkat.
4.
Sifat-Sifat Koordinasi
Menurut Hasibuan (2007:87)
terdapat 3 (tiga) sifat koordinasi, yaitu:
1. Koordinasi
adalah dinamis bukan statis.
2. Koordinasi
menekankan pandangan menyeluruh oleh seorang koordinator (manajer) dalam rangka
mencapai sasaran.
3. Koordinasi
hanya meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan.
Asas koordinasi adalah asas skala (hirarki) artinya koordinasi itu dilakukan menurut jenjang-jenjang kekuasaan dan tanggungjawab yang disesuaikan dengan jenjang-jenjang yang berbeda-beda satu sama lain. Tegasnya, asas hirarki ini bahwa setiap atasan (koordinator) harus mengkoordinasikan bawahan langsungnya.
Asas koordinasi adalah asas skala (hirarki) artinya koordinasi itu dilakukan menurut jenjang-jenjang kekuasaan dan tanggungjawab yang disesuaikan dengan jenjang-jenjang yang berbeda-beda satu sama lain. Tegasnya, asas hirarki ini bahwa setiap atasan (koordinator) harus mengkoordinasikan bawahan langsungnya.
5.
Syarat-Syarat Koordinasi
Menurut Hasibuan (2007:88) terdapat 4 (empat) syarat koordinasi, yaitu:
1. Sense of
cooperation (perasaan untuk bekerjasama), ini harus dilihat dari sudut bagian per bagian bidang pekerjaan, bukan orang per orang.
2. Rivalry, dalam
perusahaan-perusahaan besar sering diadakan persaingan antara bagian-bagian, agar bagian-bagian ini berlomba-lomba untuk mencapai
kemajuan.
3. Team spirit,
artinya satu sama lain pada setiap bagian harus saling menghargai.
4. Esprit de
corps, artinya bagian-bagian yang diikutsertakan atau dihargai, umumnya akan
menambah kegiatan yang bersemangat.
Koordinasi adalah suatu istilah
yang mengandung pengertian koperasi (cooperation), sebab tanpa adanya koperasi
tidak mungkin dapat dilakukan. Mc. Farland (Handayaningrat, 1985:90)
mendefinisikan koperasi merupakan kehendak dari individu-individu untuk menolong
satu sama lain.
Namun antara koordinasi dan
koperasi berbeda. Menurut Handayaningrat (1985:90) pada koperasi terdapat unsur
kesukarelaan atau sifat suka rela (voluntary attitude) dari orang-orang di
dalam organisasi. Sedangkan koordinasi tidak terdapat unsur kerjasama secara
suka rela, tetapi bersifat kewajiban (compulsory).
6.
Ciri-Ciri
Koordinasi
Menurut Handayaningrat
(1985:89-90) koordinasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Bahwa
tanggungjawab koordinasi adalah terletak pada pimpinan. Oleh karena itu,
koordinasi adalah merupakan tugas pimpinan. Koordinasi sering dicampur-adukkan
dengan kata koperasi yang sebenarnya mempunyai arti yang berbeda. Sekalipun
demikian pimpinan tidak mungkin mengadakan koordinasi apabila mereka tidak
melakukan kerjasama. Oleh kaerna itu, maka kerjasama merupakan suatu syarat
yang sangat penting dalam membantu pelaksanaan koordinasi.
2. Adanya
proses (continues process). Karena koordinasi adalah pekerjaan pimpinan yang
bersifat berkesinambungan dan harus dikembangkan sehingga tujuan dapat tercapai
dengan baik.
3. Pengaturan
secara teratur usaha kelompok. Oleh karena koordinasi adalah konsep yang
ditetapkan di dalam kelompok, bukan terhadap usaha individu, maka sejumlah
individu yang bekerjasama, di mana dengan koordinasi menghasilkan suatu usaha
kelompok yang sangat penting untuk mencapai efisiensi dalam melaksanakan
kegiatan organisasi. Adanya tumpang tindih, kekaburan dalam tugas-tugas
pekerjaan merupakan pertanda kurang sempurnanya koordinasi.
4. Konsep
kesatuan tindakan. Hal ini adalah merupakan inti dari koordinasi. Kesatuan
usaha, berarti bahwa harus mengatur sedemikian rupa usaha-usaha tiap kegiatan
individu sehingga terdapat adanya keserasian di dalam mencapai hasil.
5. Tujuan
koordinasi adalah tujuan bersama, kesatuan dari usaha meminta suatu pengertian
kepada semua individu, agar ikut serta melaksanakan tujuan sebagai kelompok di
mana mereka bekerja.
7.
Pendekatan-pendekatan untuk Pencapaian Koordinasi yang Efektif.
Komunikasi adalah kunci
koordinasi yang efektif. Koordinasi secara langsung tergantung pada perolehan,
penyebaran dan pemrosesan informasi. Semakin besar ketidakpastian tugas yang
dikoordinasi, semakin membutuhkan informasi. Pada dasarnya koordinasi merupakan
pemrosesan informasi.
Tiga Pendekatan untuk pencapaian koordinasi yang efektif:
1. Pendekatan
Pertama: TEKNIK-TEKNIK MANAJEMEN DASAR
Dengan mempergunakan teknik-teknik manajemen dasar : hirarki manajerial, rencana dan tujuan sebagai pengarah umum kegiatan-kegiatan serta aturan-aturan dan prosedur-prosedur.
Dengan mempergunakan teknik-teknik manajemen dasar : hirarki manajerial, rencana dan tujuan sebagai pengarah umum kegiatan-kegiatan serta aturan-aturan dan prosedur-prosedur.
2. Pendekatan
Kedua: MENINGKATKAN KOORDINASI POTENSIAL
Menjadi diperlukan bila bermacam-macam satuan organisasi menjadi saling tergantung dan lebih luas dalam ukuran dan fungsi.
Menjadi diperlukan bila bermacam-macam satuan organisasi menjadi saling tergantung dan lebih luas dalam ukuran dan fungsi.
3. Pendekatan
Ketiga: MENGURANGI KEBUTUHAN AKAN KOORDINASI
Dalam beberapa situasi adalah tidak efisien untuk mengembangkan cara pengkoordinasian tambahan. Ini dapat dilakukan dengan penyediaan tambahan smber daya-sumber daya untuk satuan-satuan organisasi atau pengelompokan kembali satuan-satuan organisasi agar tugas-tugas Mekanisme – Mekanisme Pengkoordinasian Dasar.
Dalam beberapa situasi adalah tidak efisien untuk mengembangkan cara pengkoordinasian tambahan. Ini dapat dilakukan dengan penyediaan tambahan smber daya-sumber daya untuk satuan-satuan organisasi atau pengelompokan kembali satuan-satuan organisasi agar tugas-tugas Mekanisme – Mekanisme Pengkoordinasian Dasar.
Keterangan :
1. Menggunakan pendekatan
teknik-teknik dasar manajemen yang berupa hirarki manajerial, rencana dan
tujuan sebagai dasar bertindak.
Hirarki manajerial terdiri atas
rantai perintah, aliran informasi dan kerja, wewenang formal, hubungan tanggung
jawab, dan akuntabilitas yang jelas sehingga menimbulkan integritas bila diformulasikan
dengan jelas sertadilaksanakan dengan pengarahan yang tepat.
Aturan dan prosedur adalah
keputusan-keputusan yang dibuat untuk mengatur kejadian-kejadian rutin.
Rencana dan penetapan tujuan
dilakukan untuk pengkoordinasian melalui pengarahan dalam mencapai sasaran yang
sama untuk tiap satuan organisasi.
2. Meningkatkan koordinasi
potensial bila tiap bagian saling tergantung satu dengan lainnya serta lebih
luas dalam ukuran dan fungsi. Koordinasi ini dapat ditingkatkan dengan melalui
dua cara, yaitu
Pendekatan I : TEKNIK-TEKNIK MANAJEMEN DASAR
1. Aturan
dan prosedur
2. Hirarki
manajemen
3. Penerap
dan rencana
|
8.
Dalam pengkoordinasian dasar kita harus mengetahui Mekanisme-mekanisme apa
saja yg harus di perhatikan :
1.
Hirarki
manajerial.
Rantai
perintah, aliran informasi dan kerja, wewenag formal, hubungan tanggung jawab
dan akuntanbilitas yang jelas dapat menumbuhkan integrasi bila dirumuskan
secara jelas serta dilaksanakan dengan pengarahan yang tepat.
2.
Aturan dan
prosedur.
Adalah
keputusan-keputusan manajerial yang dibuat untuk menangani kejadian-kejadian
rutin, sehingga dapat juga menjadi peralatan yang efisien untuk koordinasi dan
pengawasan rutin.
3.
Rencana dan penetapan
tujuan.
Pengembangannya
dapat digunakan untuk pengoordinasian melalui pengarah seluruh satuan orgaisasi
terhadap sasaran-sasaran yang sama. Ini diperlukan bila aturan dan prosedur
tidak mampu lagi memproses seluruh informasi yang dibutuhkan untuk
mengoordinasikan kegiatan-kegiatan satuan-satuan oraganisasi.
9.
Pedoman Koordinasi
1. Koordinasi harus
terpusat, sehingga ada unsur pengendalian guna menghindari tiap bagian
bergerak sendiri-sendiri yang merupakan kodrat yang telah ada dalam setiap
bagian, ingat bahwa organisasi merupakan kumpulan dari orang-orang yang punya
kebutuhan dan keinginan berbeda.
2. Koordinasi harus terpadu,
keterpaduan pekerjaan menunjukkan keadaan yang saling mengisi dan memberi.
3. Koordinasi harus
berkesinambungan, yaitu rangkaian kegiatan yang saling menyambung, selalu
terjadi selalu diusahakan dan selalu ditegaskan adanya keterkaitan dengan
kegiatan sebelumnya.
4. Koordinasi harus menggunakan
pendekatan multi instansional, dengan ujud saling memberikan informasi yang
relevan untuk menghindarkan saling tumpang tindih tugas yang satu dengan tugas
yang lain.
10.
Kebaikan dan
Hambatan Koordinasi yang efektif
Kebaikan :
1. Beban tiap bagian tidak
terlalu berat, karena adana keseimbangan antar bagian.
2. Tiap bagian akan memperoleh
informasi yang jelas dalam partisipasi pencapaian tujuan dan tahu perannya masing-masing
sehingga dapat memberikan saran dan komentar terhadap kemungkinan
ketidakserasian antar bagian.
3. Skedul kerja saling terkait
sehingga menjamin penyelesaian pekerjaan tepat pada waktunya.
Kelemahan :
1. Perbedaan tiap bagian dalam
orientasi pencapaian tujuan.
2. Perbedaan dalam orientasi
waktu.
3. Perbedaan orientasi antar
pribadi.
4. Perbedaan dalam formalitas
struktur.
1. Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan tertentu.
Para anggota dari departemen
yang berbeda mengembangkan pandangan mereka sendiri tentang bagaimana cara
mencapai kepentingan organisasi yang baik.
2. Perbedaan
dalam orientasi waktu.
Manajer produksi akan lebih
memperhatikan masalah-masalah yang harus dipecahkan segera atau dalam periode
waktu pendek.Biasanya bagian penelitian dan pengembangan lebih terlibat dengan
masalah-masalah jangka panjang.
3. Perbedaan
dalam orientasi antar-pribadi.
Kegiatan produksi memerlukan komunikasi dan pembuatan keputusan yang cepat
agar prosesnya lancar, sedang bagian penelitian dan pengembangan mungkin dapat
lebih santai dan setiap orang dapat mengemukakan pendapat serta berdiskusi satu
dengan yang lain
4. Perbedaan dalam formalitas struktur.
Setiap tipe satuan dalam organisasi mungkin mempunyai metode-metode dan
standar yang berbeda untuk mengevaluasi program terhadap tujuan dan untuk balas
jasa bagi karyawan.
11.
|
|


|
1. Sistem informasi vertikal,
penyaluran data-data melalui tingkatan-tingkatan organisasi. Komunikasi ini
bisa di dalam atau diluar rantai perintah.
2. Hubungan lateral
(horizontal), dengan membiarkan informasi dipertukarkan dan keputusan dibuat
pada tingkat dimana informasi diperlukan. Ada beberapa hubungan lateral yaitu :
a. Hubungan langsung
b. Hubungan kelompok langsung
c. Hubungan
silang
3. Mengurangi kebutuhan akan
koordinasi, ada dua metode pengurangan kebutuhan koordinasi, yaitu :
a. Penciptaan sumber daya
tambahan yang memberikan kelonggaran bagi satuan kerja, misal penambahan kerja,
bahan dasar dan pembantu, modal, pengurangan tugas dan masalah-masalah yang
timbul sekarang.
b. Penciptaan tugas-tugas yang
dapat berdiri sendiri, dengan mengubah karakter satuan organisasi.
2. Rentang Manajemen
2.1 Pengertian
Rentang Manajemen
Rentang manajemen atau rentang kendali adalah kemampuan manajer untuk
melakukan koordinasi secara efektif yang sebagian besar tergantung jumlah
bawahan yang melapor kepadanya. Prinsip rentang
manajemen berkaitan dengan jumlah bawahan yang dapat dikendalikan secara
efektif oleh seorang manajer. Bawahan yang terlalu banyak kurang baik, demikian
pula jumlah bawahan yang terlalu sedikit juga kurang baik.
Istilah-istilah lain rentang manajemen:
1. span of
control
2. Span of
authority
3. Span of
attention atau span of supervision
Hubungan rentang
manajemen dan koordinasi:
”Semakin besar jumlah rentang, semakin sulit untuk mengoordinasi
kegiatan-kegiatan bawahan secara
efektif.”
Prinsip rentang manajemen
berkaitan dengan jumlah bawahan yang dapat dikendalikan secara efektif oleh
seorang manajer. Pengertian rentang manajemen dapat bermacam-macam ada
yang mengatakan span of control, span of authority, span of attention atau span
of supervision.
Berapa sebenaranya bawahan
seorang manajer agar manajer dapat melaksanakan tugasnya dengan efektif dan
efisien. Disini belum ada ketentuan yang pasti berapa seharusnya bawahan yang
ada dalam tanggung jawabnya. Bawahan yang terlalu banyak kurang baik, demikian
pula jumlah bawahan yang terlalu sedikit juga kurang baik. Ada dua alasan mengapa
penentuan rentang yang baik dan tepat. *9 Pertama rentang manajemen
memperngaruhi penggunaan efisien dari manajer dan pelaksanaan kerja efektif
dari bawahan mereka. Kedua, adanya hubungan antara rentang manajemen dengan
struktur organisasi, dimana semakin sempit rentang manajemen struktur
organisasi akan berbentuk “tall” sedang rentang manajemen yang melebar akan
membentuk struktur organisasi “flat” yang berarti tingkatan manajemen semakin
sedikit.
Untuk memilih
suatu rentang manajemen, manajer harus mempertimbangkan hubungan manajer dengan
bawahan dalam dua kelompok dua atau lebih, juga memeperhatikan hubungan satu
dengan satu secara langsung dengan bawahan. Secara matematik V.A. Graicunas
menetapkan rumus matematikan untuk menghitung jumlah hubungan yang akan
dilakukan, yaitu :
|
Dimana R = Jumlah hubungan
n = Jumlah bawahan
Pilihan
dalam meningkatkan jumlah karyawan :
• Rentang
manajemen naik
• Hirarki
tingkatan manajemen naik
• Kombinasi
keduanya
2.2 Alasan
Penentuan Rentang Manajemen yang tepat
1. Rentang manajemen mempengaruhi penggunaan efisien dari manajer dan pelaksanaan
kerja efektif dari bawahan mereka. Terlalu melebarnya rentang berarti manajer
harus mengendalikan jumlah bawahan yang besar sehingga menyebabkan tidak
efisien. Sebaliknya jika rentang terlalu sempit dapat menyebabkan manajer tidak
digunakan sepenuhnya.
2. Ada hubungan
antara rentang manajemen di seluruh organisasi dan struktur organisasi.
Semakin sempit rentang manajemen, struktur organisasi akan berbebtuk ”tall” dengan banyak tingkat pengawasan di antara manajemen puncak dan tingkat paling rendah. Sedangkan rentang manajemen yang melebar akan menghasilkan struktur yang berbentuk ”flat” yang berarti tingkat manajemen semakin sedikit dan akan mempengaruhi efektifitas manajer di semua tingkatan.
Semakin sempit rentang manajemen, struktur organisasi akan berbebtuk ”tall” dengan banyak tingkat pengawasan di antara manajemen puncak dan tingkat paling rendah. Sedangkan rentang manajemen yang melebar akan menghasilkan struktur yang berbentuk ”flat” yang berarti tingkat manajemen semakin sedikit dan akan mempengaruhi efektifitas manajer di semua tingkatan.
2.3 Faktor - Faktor yang mempengaruhi Rentang Manajemen
Pada dasarnya faktor-faktor pengaruh yang dipertimbangkan adalah:
1.
Kesamaan
fungsi-fungsi
Semakin sejenis fungsi-fungsi
yang dilaksanakan oleh kelompok kerja, rentangan semakin melebar.
2.
Kedekatan
geografis
Semakin dekat kelompok kerja
ditempatkan, secara fisik, rentangan semakin melebar.
3.
Tingkat pengawasan
langsung yang dibutuhkan.
Semakin sedikit pengawasan
lengsung dibutuhkan, rentangan semakin melebar.
4.
Tingkat
koordinasi pengawasan yang dibutuhkan
Semakin berkurang koordinasi yang
dibutuhkan, rentangan semakin melebar.
5.
Perencanaan
yang dibutuhkan manajer.
Semakin sedikit perencanaan yang dibutuhkan,
rentangan semakin melebar.
6.
Bantuan
organisasional yang tersedia bagi pengawas.
Lebih banyak bantuan yang
diterima pengawas dalam fungsi-fungsi seperti penarikan, latihan, dan
pengawasan mutu, rentangan semakin melebar.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
KOORDINASI
Koordinasi (coordination)
adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada
satuan-satuan yang terpisah (departemen atau bidang-bidang fungsional) suatu
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien.
Tiga macam
saling ketergantungan di antara satuan-satuan organisasi, yaitu:
1. Saling
ketergantungan yang menyatu (pooled interdependence)
2. Saling
ketergantungan yang berurutan (sequential interdependence)
3. Saling
ketergantungan timbal balik (raciprocal interdependence)
Empat tipe perbedaan dalam sikap
dan cara kerja di antara bermacam-macam individu dan departemen-departemen
dalam organisasi menurut Paul R. Lawrence dan Jay W. Lorch adalah:
1. Perbedaan dalam orientasi
terhadap tujuan tertentu.
2. Perbedaan dalam oriantasi
waktu
3. Perbedaan dalam orientasi
antar pribadi.
4. Perbedaan dalam formalitas
struktur.
Setiap tipe
satuan dalam organisasi mungkin mempunyai metoda-metoda dan standar-standar
yang berbeda untuk mengevaluasi program terhadap tujuan dan untuk balas jasa
bagi karyawan.
Komunikasi
adalah kunci koordinasi yang efektif. Koordinasi secara langsung tergantung
pada perolehan, penyebaran dan pemrosesan informasi. Semakin besar
ketidakpastian tugas yang dikoordinasi, semakin membutuhkan informasi. Pada
dasarnya koordinasi merupakan pemrosesan informasi.
Tiga Pendekatan
untuk pencapaian koordinasi yang efektif:
1. Pendekatan Pertama: TEKNIK-TEKNIK MANAJEMEN DASAR
2. Pendekatan Kedua: MENINGKATKAN KOORDINASI POTENSIAL
3. Pendekatan Ketiga: MENGURANGI KEBUTUHAN AKAN KOORDINASI
Mekanisme-mekanisme Pengkoordinasian Dasar
1. Hirarki manajerial.
2. Aturan dan
prosedur.
3. Rencana dan
penetapan tujuan..
Penentuan Mekanisme Koordinasi yang Tepat
Pertimbangan
penting dalam penentuan pendekatan yang paling baik untuk koordinasi adalah
menyesuaikan kapasitas organisasi untuk koordinasi dengan kebutuhan koordinasi.
Bila kebutuhan lebih besar dari kemampuan, organisasi harus menentukan pilihan:
meningkatkan koordinasi potensial atau mengurangi kebutuhan. Sebaliknya,
terlalu besar kemampuan pemrosesan informasi relatif terhadap kebtuhan secara
ekonomis tidak efisien, karena untuk menciptakan dan memelihara
mekanisme-mekanisme tersebut adalah mahal. Kegagalan untuk mencocokkan
kemampuan pemrosesan informasi dengan kebutuhan akan menyebabkan penurunan
prestasi.
RENTANG MANAJEMEN
RENTANG MANAJEMEN
Rentang
manajemen atau rentang kendali adalah kemampuan manajer untuk melakukan
koordinasi secara efektif yang sebagian besar tergantung jumlah bawahan yang
melapor kepadanya.
Istilah-istilah lain rentang
manajemen:
1. span of control
2. Span of authority
3. Span of attention atau span of
supervision
Hubungan rentang manajemen dan koordinasi:
”Semakin besar jumlah rentang,
semakin sulit untuk mengoordinasi kegiatan-kegiatan bawahan secara efektif.”
Alasan mengapa penentuan rentang yang tepat sangat penting adalah:
1. Retang manajemen mempengaruhi penggunaan efisien dari manajer dan pelaksanaan kerja efektif dari bawahan mereka..
2. Ada hubungan
antara rentang manajemen di seluruh organisasi dan struktur organisasi.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
RENTANG MANAJEMEN
1. Kesamaan
fungsi
2. Kedekatan
geografis.
3. Tingkat
pengawasan langsung.
4. Tingkat
koordinasi pengawasan.
5. Perencanaan.
6. Bantuan organisasi
yang tersedia.
DAFTAR PUSTAKA
Handoko, T.
Hani (2003), Manajemen. Edisi Kedua. Cetakan Kedelapanbelas. Yogyakarta:
BPFE-Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar