BAB I
1.1 Pendahuluan
Dalam bahasa
Indonesia "pemimpin" sering disebut penghulu, pemuka, pelopor,
pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun,
raja, tua-tua, dan sebagainya. Sedangkan istilah Memimpin digunakan dalam
konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan dengan kemampuannya
mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara. Istilah pemimpin, kemimpinan, dan
memimpin pada mulanya berasal dari kata dasar yang sama "pimpin".
Namun demikian ketiganya digunakan dalam konteks yang berbeda.
Pemimpin
adalah suatu lakon/peran dalam sistem tertentu; karenanya seseorang dalam peran
formal belum tentu memiliki ketrampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu
memimpin. Istilah Kepemimpinan pada dasarnya berhubungan dengan ketrampilan,
kecakapan, dan tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang; oleh sebab itu
kepemimpinan bisa dimiliki oleh orang yang bukan "pemimpin".
Arti
pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan,
khususnya kecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi
orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi
pencapaian satu atau beberapa tujuan. Pemimpin adalah seorang pribadi yang
memiliki kecakapan dan kelebihan - khususnya kecakapan-kelebihan di satu bidang
, sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu untuk pencapaian satu beberapa tujuan. (Kartini
Kartono, 1994 : 181).
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian dari kepemimpinan.
2.
Apa saja pendekatan studi kepemimpinan.
3.
Apa saja pendekatan sifat – sifat kepemimpinan.
4.
Apa saja pendekatan perilaku kepemimpinan.
5.
Apa yang dimaksud dengan Teori X dan Y.
6.
Apa itu pendekatan situasional
1.3 Tujuan
Penulisan
1.
Mengerti apa itu kepemimpinan.
2.
Mengerti apa itu pendekatan studi kepemimpinan.
3.
Mengerti apa itu pendekatan sifat – sifat
kepemimpinan.
4.
Mengerti apa itu pendekatan perilaku kepemimpinan.
5.
Mengerti apa itu Teori X dan Y.
6.
Mengerti apa itu pendekatan situasional.
BAB II
Pembahasan
Pemimpin
jika dialih bahasakan ke bahasa Inggris menjadi "LEADER", yang
mempunyai tugas untuk me-LEAD anggota disekitarnya. Sedangkan makna LEAD adalah
:
1.
Loyality
Seorang
pemimpin harus mampu membagnkitkan loyalitas rekan kerjanya dan
memberikan loyalitasnya dalam kebaikan.
memberikan loyalitasnya dalam kebaikan.
2.
Educate
Seorang
pemimpin mampu untuk mengedukasi rekan-rekannya dan mewariskan tacit knowledge
pada rekan-rekannya.
3.
Advice
Memberikan saran dan nasehat dari permasalahan yang ada
4.
Discipline
Memberikan
keteladanan dalam berdisiplin dan menegakkan kedisiplinan
dalam setiap aktivitasnya.
dalam setiap aktivitasnya.
1.
Pengertian Kepemimpinan
Dalam suatu
organisasi kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Kepemimpinan merupakan
titik sentral dan penentu kebijakan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dalam
organisasi. Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang
lain agar supaya mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Thoha,
1983:123). Sedangkan menurut Robbins (2002:163) Kepemimpian adalah kemampuan
untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut
Ngalim Purwanto (1991:26) Kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian
kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk didalamnya kewibawaan untuk
dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka
mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela,
penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa.
Dari
pengertian diatas kepemimpinan mengandung beberapa unsur pokok antara lain:
1.
Kepemimpinan melibatkan orang lain dan adanya situasi
kelompok atau organisasi tempat pemimpin dan anggotanya berinteraksi,
2.
Di dalam kepemimpinan terjadi pembagian kekuasaan dan
proses mempengaruhi bawahan oleh pemimpin, dan
3.
Adanya tujuan bersama yang harus dicapai.
Dari uraian
diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan
tertentu pada situasi tertentu.
Beberapa
pendapat ahli mengenai Kepemimipinan :
1.
Menurut John Piffner, Kepemimpinan merupakan seni
dalam mengkoordinasikan dan mengarahkan individu atau kelompok untuk mencapai
suatu tujuan yang dikehendaki (H. Abu Ahmadi, 1999:124-125)
2.
Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam
situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu
atau beberapa tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24).
3.
Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti
(penuh arti Kepemimpinan) pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk
memimpin dalam mencapai tujuan (Jacobs & Jacques, 1990, 281)
4.
Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan, proses, atau
fungsi pada umumnya untuk mempengaruhi orang-orang agar berbuat sesuatu dalam rangka
mencapai tujuan tertentu. (Slamet, 2002: 29)
5.
Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin
pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. (Shared Goal,
Hemhiel & Coons, 1957, 7)
6.
Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi
aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai adalah pengaruh antar pribadi,
dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai
satu atau beberapa tujuan tertent (Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 29)
7.
Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi
perilaku orang lain agar supaya mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan
tertentu (Thoha, 1983:123).
8.
Kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian
kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk didalamnya kewibawaan, untuk
dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka
mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela,
penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa.
( Ngalim Purwanto ,1991:26)
( Ngalim Purwanto ,1991:26)
Dari uraian
diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi perilaku Aeseorang atau sekelompok orang untuk meneapai tujuan
tertentu pada situasi tertentu. Kepemimpinan merupakan masalah sosial yang di
dalamnya terjadi interaksi antara pihak yang memimpin dengan pihak yang
dipimpin untuk mencapai tujuan bersama, baik dengan cara mempengafuhi,
membujuk, memotivasi dan mengkoordinasi. Dari sini dapat dipahami bahwa tugas
utatna seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya tidak hanya terbatas
pada kemampuannya dalam melaksanakan program-program saja, tetapi lebih dari
itu yaitu pemimpin harus mempu melibatkan seluruh lapisan organisasinya,
anggotanya atau masyarakatnya untuk ikut berperan aktif sehingga mereka mampu
memberikan kontribusi yang posetif dalam usaha mencapai tujuan.
Faktor-faktor penting yang terdapat dalam pengertian
kepemimpinan:
1. Pendayagunaan
Pengaruh
2. Hubungan Antar
Manusia
3. Proses
Komunikasi dan
4. Pencapaian Suatu
Tujuan.
Unsur-Unsur Mendasar
Unsur-unsur yang mendasari kepemimpinan dari
defmisi-defmisi yang dikemukakan di atas, adalah:
1. Kemampuan
mempengaruhi orang lain (kelompok/bawahan).
2. Kemampuan
mengarahkan atau memotivasi tingkah laku orang lain atau kelompok.
3. Adanya unsur
kerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Model-Model Kepemimpinan
Banyak studi
mengenai kecakapan kepemimpinan (leadership skills) yang dibahas dari berbagai
perspektif yang telah dilakukan oleh para peneliti. Analisis awal tentang
kepemimpinan, dari tahun 1900-an hingga tahun 1950-an, memfokuskan perhatian
pada perbedaan karakteristik antara pemimpin (leaders) dan pengikut/karyawan
(followers). Karena hasil penelitian pada saat periode tersebut menunjukkan
bahwa tidak terdapat satu pun sifat atau watak (trait) atau kombinasi sifat
atau watak yang dapat menerangkan sepenuhnya tentang kemampuan para pemimpin,
maka perhatian para peneliti bergeser pada masalah pengaruh situasi terhadap
kemampuan dan tingkah laku para pemimpin.
Prinsip-Prinsip
Dasar Kepemimpinan
Karakteristik
seorang pemimpin didasarkan kepada prinsip-prinsip (Stephen R. Coney) sebagai
berikut:
·
Seorang yang belajar seumur hidup : Tidak hanya
melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah. Contohnya, beJajar
melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar. Mempunyai pengalaman yang
baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.
·
Berorientasi pada pelayanan : Seorang pemimpin tidak
dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpjn dengan prinsip melayani
berdasarkan karir sebagai tujuan utama. Dalam memberi pelayanan, pemimpin
seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.
·
Membawa energi yang positif : Setiap orang mempunyai
energi dan semangat. Menggunakan energi yang positif didasarkan pada keikhlasan
dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi
positif untuk membangun hubungan baik. Seorang pemimpin hams dapat dan mau
bekerja untuk jangka waktu yang lama dan kondisi tidak ditentukan. Oleh karena
itu, seorang pemimpin haras dapat menunjukkan energi yang positif.
2.
Pendekatan-Pendekatan Studi Kepemimpinan
Untuk
mempelajari kepemimpinan menggunakan tiga pendekatan, yaitu :
1.
Pendekatan pertama bahwa kepemimpinan itu tumbuh dari
bakat
2.
Pendekatan kedua kepemimpinan tumbuh dari perilaku.
Kedua pendekatan diatas berasumsi bahwa seseorang yang memiliki bakat yang
cocok atau memperlihatkan perilaku yang sesuai akan muncul sebagai pemimpin
dalam situasi kelompok ( organisasi ) apapun yang ia masuki.
3.
Pendekatan yang ketiga bersandar pada pandangan
situasi ( situasionar perspective ) pandangan ini berasumsi bahwa kondisi yang
menentukan efektifitas pemimpin. Efektifitas pemimpin bervareasi menurut
situasi tugas yang harus diselesaikan, keterampilan dan pengharapan bawahan
lingkungan organisasi dan pengalaman masa lalu pemimpin dan bawahan. Dalam
situasi yang berbeda prestasi seorang pemimpin berbeda pula, mungkin lebih baik
atau lebih buruk. Pendekatan ini memunculkan pendekatan kontingensi yang
menentukan efektifitas situasi gaya pemimpin.
3.
Pendekatan Sifat Kepemimpinan
Dalam
pendekatan sifat timbul pemikiran bahwa pemimpin itu dilahirkan, pemimpin bukan
dibuat. Pemikiran semacam itu dinamakan pemikiran “Hereditary” (turun temurun).
Pendekatan secara turun-temurun bahwa pemimpin dilahirkan bukan dibuat,
pemimpin tidak dapat memperoleh kemampuan dengan belajar/latihan tetapi dari
menerima warisan, sehingga menjamin kepemimpinan dalam garis turun-temurun
dilakukan antar anggota keluarga. Dengan demikian kekuasaan dan kesejahteraan
dapat dilangsungkan pada generasi berikutnya yang termasuk dalam garis
keturunan keluarga yang saat itu berkuasa. Kemudian timbul teori baru yaitu
“Physical Characteristic Theory” (teori dari Fisik). Kemudian timbul lagi bahwa
pemimpin itu dapat diciptakan melalui latihan sehingga setiap orang mempunyai
potensi untuk menjadi pemimpin. Para ahli umumnya memiliki pandangan perlunya
seorang pemimpin mempunyai sifat-sifat yang baik. Pandangan semacam ini
dinamakan pendekatan sifat.
Sifat-sifat kepemompinan itu mencangkup :
1. Pengetahuan
2. Kecerdasan
3. Imajinasi
4. Kepercayaan diri
5. Integrasi
6. Kepandaian
berbicara
7. Pengendalian dan
keseimbangan mental dan emosional
8. Pergaulan sosial
dan persahabatan
9. Dorongan
10. Antusiasme, dan
11. Keberanian
Adapun sifat-sifat yang baik yang harus dimiliki
seorang pemimpin yaitu:
1. Bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa
2. Cakap, cerdik
dan jujur
3. Sehat jasmani
dan rohani
4. Tegas, berani,
disiplin dan efisien
5. Bijaksana dan manusiawi
6. Berilmu
7. Bersemangat
tinggi
8. Berjiwa matang
dan berkemauan keras
9. mempunyai
motivasi kerja tinggi
10. Mampu berbuat adil
11. Mampu membuat rencana dan keputusan
12. Memiliki rasa tanggung jawab yang besar
13. Mendahulukan kepentingan orang lain.
4.
Pendekatan Perilaku
Kepemimpinan
Pendekatan
perilaku adalah : keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh gaya
bersikap dan bertindak pemimpin yang bersangkutan.
Dalam
pendekatan perilaku ini secara berturut-turut akan diuraikan beberapa gaya
kepemimpinan, antara lain :
- Studi kepemimpinan Universitas Iowa
- Studi kepemimpinan Universitas Ohio
- Studi kepemimpinan Universitas Michigan
- Menegerial grid
- Empat system managemen
- Teori x dan teori y
1. Menurut IOWA kepemimpinan ada 3, yaitu :
- Kepemimpinan gaya otoriter ( Agarwal )
- Kepemimpinan gaya demokratis ( Herbert G. Hiks dan Ray C. Gullett )
- Kepemimpinan gaya liberal ( C. G. Brown )
2. Menurut OHIO kepemimpinan ada 2, yaitu:
- Kepemimpinan menurut struktur tugasnya
- Kepemimpinan menurut tenggang rasa
3. Menurut MICHIGAN kepemimpinan ada 2, yaitu:
- Kepemimpinan terpusat pada pekerjaan
- Kepemimpinan terpusat pada pegawai
4. Menurut "Managerial Gird" kepemimpinan
ada 2,yaitu:
- Kepemimpinan yang perhatiannya terpusat pada produksi
- Kepemimpinan yang perhatiannya teerpusat pada orang
5. Empat Sistem Manajemen perilaku pemimpinan ada 2,
yaitu:
- Kepemimpinan yang berorientasi pada tugas
- Kepemimpinan yang berorientasi pada orang
Menurut Rensis Likert gaya kepemimpinan terbagi atas 4
macam, yaitu :
1.
Otokratis pemerasan
2.
Otokratis bijak
3.
Kepemimpinan konsultasi
4.
Kepemimpinan peran serta kelompok
5.
Teori X dan Y
Teori X dan
Teori Y dari Mc Gregor
Teori
prilaku adalah teori yang menjelaskan bahwa suatu perilaku tertentu dapat membedakan
pemimpin dan bukan pemimpin pada orang-orang. Konsep teori X dan Y dikemukakan
oleh Douglas McGregor dalam buku The Human Side Enterprise di mana para manajer
/ pemimpin organisasi perusahaan memiliki dua jenis pandangan terhadap para
pegawai / karyawan yaitu teori x atau teori y.
A. Teori
X
Teori ini
menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak suka
bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya. Pekerja memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan
perusahaan namun menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam
bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat
bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.
B. Teori Y
Teori ini
memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya kegiatan
sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara
ketat karena mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja
sesuai tujuan perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi,
kepandaian serta memahami tanggung jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan
kerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki
dalam bekerja.
Penelitian
teori x dan y menghasilkan teori gaya kepemimpinan ohio state yang membagi
kepemimpinan berdasarkan skala pertimbangan dan penciptaan struktur. Teori Z
dapat anda baca di artikel lain di situs organisasi.org ini. Gunakan fasilitas
pencarian yang ada untuk menemukan apa yang anda butuhkan.
5. Pendekatan
Situasional
Teori kepemimpinan situasional atau the situational
leadership theory adalah teori kepemimpinan yang dikembangkan oleh Paul Hersey, penulis bukuSituational
Leader dan Ken Blanchard, pakar dan penulis The Minute Manager, yang
kemudian menulis pula buku Management
of Organizational Behavior(skarang sudah terbit dalam edisi yang ke-9).
Teori ini pada awalnya diintrodusir
sebagai “Life Cycle Theory of Leadership”. Sampai kemudian pada
pertengahan 1970an “Life Cycle Theory of Leadership” berganti dengan
sebutan “Situational Leadership Theory“. Di akhir 1970an dan awal
1980an, masing-masing penulis mengembangkan teori kepemimpinannya
sendiri-sendiri. Hersey – mengembangkan Situational
Leadership Model dan
Blancard – mengembangkan Situational
Leadership Model II.
Pendekatan teori ini lahir karena teori
sifat dan pendekatan perilaku tidak banyak memberikan jawaban dalam gaya
kepemimpinan. Mengapa demikian ? karena keberhasilan seorang pemimpin tidak
hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dirinya, namun juga
variabel-variabel lain, diantaranya adalah visi dan misi organisasi, sifat
pekerjaan, lingkungan organisasi serta karakteristik individu yang terlibat
dalam organisasi. Pendekatan ini memberikan arti yang cukup banyak bagi
pemimpin dalam prakteknya, yaitu dengan memasukan pertimbangan situasi secara
keseluruhan dalam rancangan kegiatan.
Sebagai contoh kajian yang dilakukan oleh Wahyu Suprapti selama kurun waktu 3(tiga) tahun, terhadap
peserta diklatpim III dalam materi perilaku kepemimpinan dalam
organisasi. Dalam kajian tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya eksekutif jarang
dijumpai dalam pengisian instrument perilaku kepemimpinan (kurang dari 2%).
Sedang yang paling banyak dijumpai adalah gaya bureaucrat dan gaya compromiser.
Selama kurun waktu era perubahan (reformasi) gaya deserter cukup signifikan.
Contoh diatas menunjukan bahwa faktor situasi sangat berpengaruh dalam
membentuk gaya kepemimpinan seseorang.
Hal ini disebabkan pemimpin merupakan
produk situasi. Teori ini dirumuskan oleh Harsey dan Blanchard (1992-1997) yang
merupakan perkembangan terakhir dari kepemimpinan model konsingensi atau
fiedler yang dikembangkan oleh PAUL HERSEY dan KENNETH BLANCHARD yang semula
disebut Life Cycle Theory.
Penelitian lebih lanjut menunjukan bahwa
perilaku kepemimpinan cenderung berbeda-beda dari situasi ke situasi lain.
Dalam kepemimpinan situasional pemimpin harus mampu melaksanakan diagnosis
dengan baik terhadap situasi yang ada, sehingga pemimpin harus mampu mengubah-ubah perilaku sesuai dengan
situasi dan kondisinya, memperlakukan bawahan sesuai dengan tingkat
kematangannya yang berbeda-beda.
Berdasarkan
uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku kepemimpinan cenderung
berbeda-beda dari situasi ke situasi lain. Pola perilaku berbeda-beda disesuaikan
dengan situasi dan kondisinya.
4 Tingkat Kesiapan Pengikut (Follower Readiness)
Gaya kepemimpinan yang tepat bergantung pula oleh
kesiapan/kematangan individu atau kelompok sebagai pengikut. Teori kepemimpinan
situasional dari Hersey dan Blanchard mengidentifikasi empat level kesiapan
pengikut dalam notasi R1 hingga R4. Tingkat kesiapan/kematangan pengikut
ditandai oleh dua karakteristik sebagai berikut: (i.) the ability and willingness for
directing their own behavior; dan (ii.) the
extent to which people have and willingness to accomplish a specific task.
Berdasarkan kriteria mampu dan mau, maka diperoleh empat tingkat
kesiapan/kematangan para pengikut sebagai berikut:
R1: Readiness
1 — Kesiapan tingkat 1
menunjukkan bahwa pengikut tidak mampu dan tidak mau mengambil tanggung jawab
untuk melakukan suatu tugas. Pada tingkat ini, pengikut tidak memiliki
kompetensi dan tidak percaya diri (dikatakan Ken Blanchard sebagai “The
honeymoon is over“).
R2: Readiness 2 — Menunjukkan pengikut tidak mampu
melakukan suatu tugas, tetapi ia sudah memiliki kemauan. Motivasi yang kuat
tidak didukung oleh pengetahuan dan keterampilan kerja yang memadai untuk
melaksanakan tugas-tugas.
R3: Readiness
3 — Menunjukkan situasi
di mana pengikut memiliki pengetahuan dan keterampilan kerja yang memadai untuk
melaksanakan tugas-tugas. Tetapi pengikut tidak mau melaksanakan tugas-tugas
yang diberikan oleh pemimpinnya.
R4: Readiness
4 — Menunjukkan bahwa
pengikut telah memiliki pengetahuan dan keterampilan kerja yang dibutuhkan
untuk melaksanakan tugas-tugas, disertai dengan kemauan yang kuat untuk
melaksanakannya.
4 Gaya Kepemimpinan (Leadership Styles)
Tingkat kesiapan/kematangan individu atau
kelompok yang berbeda menuntut gaya kepemimpinan yang berbeda pula. Hersey dan
Blanchard memilah gaya kepemimpinan dalam perilaku
kerja dan perilaku hubungan yang harus diterapkan terhadap
pengikut dengan derajat kesiapan/kematangan tertentu.
Perilaku Kerja meliputi penggunaan
komunikasi satu-arah, pendiktean tugas, dan pemberitahuan pada pengikut seputar
hal apa saja yang harus mereka lakukan, kapan, dan bagaimana melakukannya.
Pemimpin yang efektif menggunakan tingkat perilaku kerja yang tinggi di
sejumlah situasi dan hanya sekedarnya di situasi lain.
Perilaku hubungan meliputi penggunaan
komunikasi dua-arah, mendengar, memotivasi, melibatkan pengikut dalam proses
pengambilan keputusan, serta memberikan dukungan emosional pada mereka.
Perilaku hubungan juga diberlakukan secara berbeda di aneka situasi.
Kategori dari keseluruhan gaya
kepemimpinan diatas diidentifikasi mereka dalam 4 notasi yaitu S1 sampai S4
yang merupakan kombinasi dari dua perilaku diatas:
S1: Telling (Pemberitahu) — Gaya
ini paling tepat untuk kesiapan pengikut rendah (R1). Ini menekankan
perilaku tugas tinggi dan perilaku hubungan yang terbatas. Gaya kepemimpinan telling (kadang-kadang disebut directing) adalah
karakteristik gaya kepemimpinan dengan komunikasi satu arah. Pemimpin
memberitahu individu atau kelompok soal apa, bagaimana, mengapa, kapan dan
dimana sebuah pekerjaan dilaksanakan. Pemimpin selalu memberikan instruksi yang
jelas, arahan yang rinci, serta mengawasi pekerjaan secara langsung.
S2: Selling (Penjual) — Gaya ini
paling tepat untuk kesiapan pengikut moderat (R2). Ini
menekankan pada jumlah tugas dan perilaku hubungan yang tinggi. Pada tahapan
gaya kepemimpinan ini seorang pemimpin masih memberi arahan namun ia
menggunakan komunikasi dua arah dan memberi dukungan secara emosional terhadap
individu atau kelompok guna memotivasi dan rasa percaya diri pengikut. Gaya ini
muncul kala kompetensi individu atau kelompok meningkat, sehingga pemimpin
perlu terus menyediakan sikap membimbing akibat individu atau kelompok belum
siap mengambil tanggung jawab penuh atas proses dalam pekerjaan.
S3: Participating (Partisipatif) — Gaya
ini paling tepat untuk kesiapan pengikut tinggi dengan motivasi moderat (R3).
Ini menekankan pada jumlah tinggi perilaku hubungan tetapi jumlah perilaku
tugas rendah. Gaya kepemimpinan pada tahap ini mendorong individu atau kelompok
untuk saling berbagi gagasan dan sekaligus memfasilitasi pekerjaan dengan
semangat yang mereka tunjukkan. Gaya ini muncul tatkala pengikut merasa percaya
diri dalam melakukan pekerjaannya sehingga pemimpin tidak lagi terlalu bersikap
sebagai pengarah. Pemimpin tetap memelihara komunikasi terbuka, tetapi kini
melakukannya dengan cenderung untuk lebih menjadi pendengar yang baik serta
siap membantu pengikutnya. Tugas seorang pemimpin adalah memelihara kualitas
hubungan antar individu atau kelompok.
S4: Participating (Partisipatif) — Gaya
ini paling tepat untuk kesiapan pengikut tinggi (R4). Ini
menekankan pada kedua sisi yaitu tingginya perilaku kerja dan perilaku hubungan
dimana gaya kepemimpinan pada tahap ini cenderung mengalihkan tanggung jawab
atas proses pembuatan keputusan dan pelaksanaannya. Gaya ini muncul tatkala
individu atau kelompok berada pada level kompetensi yang tinggi sehubungan
dengan pekerjaannya. Gaya ini efektif karena pengikut dianggap telah kompeten
dan termotivasi penuh untuk mengambil tanggung jawab atas pekerjaannya. Tugas
seorang pemimpin hanyalah memonitor berlangsungnya sebuah pekerjaan.
Dari keempat notasi diatas, tidak ada yang bisa disebut teroptimal setiap saat bagi seorang pemimpin. Pemimpin yang efektif butuh fleksibitas, dan harus beradaptasi di setiap situasi. Prinsip “One Size Fits All” tidak berlaku dalam gaya kepemimpinan, terutama menghadapi tingkat kesiapan bawahan yang berbeda.
Dari keempat notasi diatas, tidak ada yang bisa disebut teroptimal setiap saat bagi seorang pemimpin. Pemimpin yang efektif butuh fleksibitas, dan harus beradaptasi di setiap situasi. Prinsip “One Size Fits All” tidak berlaku dalam gaya kepemimpinan, terutama menghadapi tingkat kesiapan bawahan yang berbeda.
BAB II
Kesimpulan
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi
perilaku seseorang atau sekelompok orang untuk meneapai tujuan tertentu pada
situasi tertentu. Kepemimpinan merupakan masalah sosial yang di dalamnya
terjadi interaksi antara pihak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin untuk
mencapai tujuan bersama, baik dengan cara mempengaruhi, membujuk, memotivasi
dan mengkoordinasi.
Yang dimaksud pendekatan kepemimpinan disini adalah
sudut pandang terhadap kepemimpinan, yang mana pendekatan kepemimpinan ini ada
3 yaitu:
· Pertama,
yaitu pendekatan sifat yang menfokuskan pada karakteristik pribadi pemimpin.
· Kedua, yaitu
pendekatan perilaku dalam hubungannya dengan bawahannya.
· Ketiga,
Pendekatan situasional, perilaku seorang pemimpin dengan karakteristik
situasional.
Ada 4 Gaya Kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard
yaitu:
1.
Telling (Pemberitahu)
2.
Selling (Penjual)
3.
Participating (Partisipatif)
4.
Participating (Partisipatif)
Saran
Sangat
diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan
dikembangkan. Paling tidak untuk memimpin diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar